Memperingati tahun baru 1446 H menurut penggalan Islam atau bulan Suro, warga Desa Danguk laksanakan adat selamatan dan do’a bersama tolak bala memohon dijauhkan dari mara bahaya. Acara ini dihadiri oleh Hadi Sudarno,S.T, Kepala Desa Danguk berserta perangkatnya, Ketua RT/RW, para sesepuh desa dan warga baik dari kalangan orang tua dan muda. Selamatan ini sudah berjalan turun temurun dan masih berjalan hingga sekarang.(01/08/2024)
Warga berkumpul di Pertigaan Gapura Danguk I dan Pertigaan Pamsimas Cangkring Danguk III dengan membawa nasi beserta lauknya, ada juga bubur sengkolo.
Bubur Sengkolo merupakan salah satu sajian wajib dalam perayaan tahun baru islam. Sajian ini berbahan dasar beras yang dimasak sampai lembek dengan santan.
Bubur akan dicampur dengan gula merah atau gula aren. Tidak semua bagian menggunakan campuran gula merah karena, sebagiannya lagi tetap berwarna putih. Bagian bubur yang dicampur gula dan yang berwarna putih akan disajikan bersama.
Di balik sajian istimewa tersebut, terdapat filosofi yang menarik. Kebudayaan Jawa menyebut bubur sengkolo sebagai simbol menolak bala atau menghindari seseorang dari masalah buruk.
Setelah diadakan do'a bersama yang di pimpin tokoh agama untuk memohon keselamatan dan dijauhkan dari bala dan bencana, warga mengambil nasi, terlihat guyub rukun dan penuh keakraban diantara warga yang hadir.